Rabu, 31 Agustus 2011

Cara Memperlakukan Jenazah Menurut Islam

Ketika seseorang telah menghembuskan napasnya yang terakhir maka ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh orang-orang yang hadir pada saat itu :
1.  Memejamkan kedua mata mayit (jika masih terbuka) dan mendoakan kebaikan baginya
Dasarnya ialah hadits Ummu Salamah, tatkala Abu Salamah wafat maka Rasulullah pun memejamkan kedua matanya yang saat itu masih terbuka. Beliau juga mendoakannya dengan doa “Ya Alloh, berilah ampunan bagi Abu Salamah, angkatlah derajatnya ke dalam orang-orang yang diberi petunjuk, jadikanlah orang yang ia tinggalkan dari kalangan keluarganya dan anak keturunannya pemimpin yang sholih dalam agama dan dunia mereka, ampunilah kami dan dia ya Robbal’alamin, lapangkanlah dan terangilah kuburannya”  (HR muslim dan Abu Daud)
2. Menutup semua anggota badannya (kecuali jenajah orang yang ihram, kepalanya tidak ditutup) dengan kain atau yang semisalnya
Aisyah mengatakan : “Bahwasanya ketika Rasulullah wafat beliau pun diselimuti dengan burdah habirah (kain yang bergaris-garis)”. (HR Bukhari dan Muslim)
3. Bersegera dalam mengurusinya
4. Bersegera melunasi hutang mayit walau harus menghabiskan semua hartanya
5. Memenuhi wasiatnya
Orang yang diwasiati oleh si mayit semasa hidupnya, hendaknya menunaikan wasiat yang telah diamanahkan itu, selama wasiat tersebut tidak menyelisihi syariat. Dalam masalah harta, wasiat yang diperbolehkan tidak melebihi sepertiga dari harta yang ia miliki.

Apa Saja Yang Boleh Dilakukan Terhadap Mayit
Dibolehkan bagi para pelayat untuk membuka tutup muka mayit dan menciumnya (wajah)-nya, sebagaimana hadits yang dibawakan oleh Aisyah, ia berkata : Bahwasanya Rasulullah SAW mendatangi jenazah Utsman bin Madz’un maka beliau menyingkap tutup muka Ibnu Madz’un dan beliau merebahkan badan lalu mencium wajahnya, beliau menangis hingga aku melihat air mata menetes pada kedua belah pipi beliau.” (Shahih, HR Ibnu Majah 1456, Abu Daud 3163 dan Tirmidzi 994).
Demikian pula dibolehkan menangis (bukan tangisan histeris yang terlarang dalam syariat) sebagaimana yang terjadi pada Rasulullah ketika putranya (Ibrahim) tercinta meninggal dunia (HR Bukhari)

Proses Memandikan Jenazah
Perkara-perkara yang harus diperhatikan ketika akan memandikan jenazah (sifat dan cara memandikan mayit) :
1.         Hendaknya orang yang akan memandikan mayit adalah orang yang amanah dan dapat dipercaya, yang tidak akan membuka dan menyebarkan aib-aib yang ia jumpai pada mayit. Dan hendaknya ia adalah orang yang memiliki ilmu dan pengalaman dalam memandikan mayit.
2.         Melepas pakaian mayit dan menutup auratnya
3.         Wajib yang akan memandikan mayit adalah orang yang sejenis, mayit wanita tidak dimandikan kecuali oleh para wanita dan mayit laki-laki tidaklah dimandikan kecuali oleh para laki-laki. Kecuali, suami istri dan budak (wanita) terhadap tuannya.
4.         Dibolehkan suami memandikan istrinya, demikian pula sebaliknya (Shahih HR. Ahmad)
5.         Jika mayit wanita dan rambutnya masih terpintal, maka dilepas terlebih dahulu (HR. Bukhari)
6.         Diharamkan mencukur rambut kepala dan bulu kemaluan karena akan memegang aurat si mayit dan tidak pula kumis, dikhitan atau memotong kukunya karena jasad mayit adalah dihormati maka tidak boleh diganggu. Dan tidak lah benar dari Rasulullah SAW dan para sahabat tentang perbuatan diatas.
7.         Memperlakukan mayit dengan lemah lembut (HR Muslim, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Ahmad)
8.         Menaruh daun bidara pada air ketika awal-awal pemandian (HR Bukhori dan Muslim)
9.         Hendaknya dimulai dari bagian kanan dan anggota wudhu, setelah didahului niat dan membaca basmalah (HR Bukhori dan Muslim)
10.      Membersihkan kepala secara baik dengan air dan daun bidara atau sabun dan yang semisalnya hingga mengenai dasar tempat tumbuhnya rambut serta menyisirnya dengan lemah lembut.
11.      Membersihkan bagian kanan badan, demikian pula pada bagian kiri
12.      Membolak balik sisi samping agar mudah membersihkan bagian tengkuk, punggung, dan bagian-bagian yang dianggap perlu untuk dibersihkan.
13.      Menyisir dan mengepang rambutnya menjadi tiga kepangan (jika mayit wanita) (HR Bukhori)
14.      Mengulang-ulang pembersihan dan penyiraman jika dianggap perlu, dan disunnahkan ganjil (HR Bukhori dan Muslim)
15.      Menambahkan kafur atau minyak wangi atau semisalnya pada siraman akhir
16.      Hendaknya tidak memegang kemaluan mayit kecuali jika kondisi mendesak
17.      Jika tidak ada air atau takut kalau dimandikan malah merusak tubuhnya (seperti mayit yang terbakar atau semisalnya) maka diganti dengan tayamum, sebab keadaan mendesak. (Ais Z).

Sabtu, 20 Agustus 2011

Mari Mengingat Kematian...


Adakah orang yang menyangkal kematian dan sakaratul maut? Adakah orang yang menyangkal kubur dan azabnya? Adakah orang yang sanggup menunda kematiannya dari waktu yang telah ditentukan? Mengapa manusia takabur padahal kelak akan dimakan ulat? Mengapa manusia melampaui batas padahal di dalam tanah kelak akan terbujur? Mengapa berandai-andai, padahal kita mengetahui kematian akan datang secara tiba-tiba?
 
“Sesungguhnya kematian adalah haq, pasti terjadi, tidak dapat disangkal lagi. Allah Subhanahu wata’ala berfirman, artinya, “Dan datanglah sakaratul maut yang sebenar-benarnya. Itulah yang kamu selalu lari dari padanya.” (QS: Qaaf: 19)

Amatlah salah apabila seorang yang mengira bahwa kematian itu hanya ke-fana-an semata dan ketidak-adaan secara total yang tidak ada kehidupan, perhitungan, hari dikumpulkan, kebangkitan, surga atau neraka padanya!! Sebab andaikata demikian, tentulah tidak ada hikmah dari penciptaan dan wujud kita. Tentulah manusia semua sama saja setelah kematian dan dapat beristirahat lega; mukmin dan kafir sama, pembunuh dan terbunuh sama, si penzhalim dan yang terzhalimi sama, pelaku keta’atan dan maksiat sama, penzina dan si rajin shalat sama, pelaku perbuatan keji dan ahli takwa sama.

Pandangan tersebut hanyalah bersumber dari pemahaman kaum atheis yang mereka itu lebih buruk dari binatang sekali pun. Yang mengatakan seperti ini hanyalah orang yang telah tidak punya rasa malu dan menggelari dirinya sebagai orang yang bodoh dan ‘gila.’ (Baca: QS: At-Taghabun:7, QS: Yaasiin: 78-79)
Kematian adalah terputusnya hubungan ruh dengan badan, kemudian ruh berpindah dari satu tempat ke tempat yang lain, dan seluruh lembaran amal ditutup, pintu taubat dan pemberian tempo pun terputus.

Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, yang artinya: “Sesungguhnya Alloh menerima taubat seorang hamba selama belum sekarat.” (HR: At-Turmu-dzi dan Ibn Majah, dishahihkan Al-Hakim dan Ibn Hibban)

Kematian Merupakan Musibah Paling Besar!!
Kematian merupakan musibah paling besar, karena itu Alloh Subhanahu Wa Ta’ala menamakannya dengan ‘musibah maut’ (QS: Al-Maidah:106). Bila seorang hamba ahli keta’atan didatangi maut, ia menyesal mengapa tidak menambah amalan shalihnya, sedangkan bila seorang hamba ahli maksiat didatangi maut, ia menyesali atas perbuatan melampaui batas yang dilakukannya dan berkeinginan dapat dikembalikan ke dunia lagi, sehingga dapat bertaubat kepada Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dan memulai amal shalih. Namun! Itu semua adalah mustahil dan tidak akan terjadi!! (Baca: QS: Fushshilat: 24, QS: Al-Mu’minun: 99-100)

Ingatlah Penghancur Segala Kenikmatan!!
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan agar banyak mengingat kematian. Beliau bersabda, yang artinya: “Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan (maut)” (HR: At-Tirmidzi, hasan menurutnya). Imam Al-Qurthubi rahimahulloh berkata, “Para ulama kita mengatakan, ucapan beliau, “Perbanyaklah mengingat penghancur kenikmatan”, merupakan ucapan ringkas tapi padat, menghimpun makna peringatan dan amat mendalam penyampaian wejangannya. Sebab, orang yang benar-benar mengingat kematian, pasti akan mengurangi kenikmatan yang dirasakannya saat itu, mencegahnya untuk bercita-cita mendapatkannya di masa yang akan datang serta membuatnya menghindar dari mengangankannya, sekalipun hal itu masih memungkinkannya.

Namun jiwa yang beku dan hati yang lalai selalu memerlukan wejangan yang lebih lama dari para penyuluh dan untaian kata-kata yang meluluhkan sebab bila tidak, sebenarnya ucapan beliau tersebut dan firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala dalam surat Ali ‘Imran ayat 185, (artinya, “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati”) sudah cukup bagi pendengar dan pemerhati-nya.!!”

Siapa Orang Yang Paling Cerdik?
Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma pernah berkata, “Aku pernah menghadap Rasululloh shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai orang ke sepuluh yang datang, lalu salah seorang dari kaum Anshor berdiri seraya berkata, “Wahai Nabi Alloh, siapakah manusia yang paling cerdik dan paling tegas?” Beliau menjawab, “(adalah) Mereka yang paling banyak mengingat kematian dan paling siap menghadapinya. Mereka itulah manusia-manusia cerdas; mereka pergi (mati) dengan harga diri dunia dan kemuliaan akhirat.” (HR: Ath-Thabrani, dishahihkan al-Mundziri)

Faedah Mengingat Kematian

Di antara faedah mengingat kematian adalah:
  • Mendorong diri untuk bersiap-siap menghadapi kematian sebelum datangnya.
  • Memperpendek angan-angan untuk berlama-lama tinggal di dunia yang fana ini, karena panjang angan-angan merupakan sebab paling besar lahirnya kelalaian.
  • Menjauhkan diri dari cinta dunia dan rela dengan yang sedikit.
  • Menyugesti keinginan pada akhirat dan mengajak untuk berbuat ta’at.
  • Meringankan seorang hamba dalam menghadapi cobaan dunia.
  • Mencegah kerakusan dan ketamak-an terhadap kenikmatan duniawi.
  • Mendorong untuk bertaubat dan mengevaluasi kesalahan masa lalu.
  • Melunakkan hati, membuat mata menangis, memotivasi keinginan mempelajari agama dan mengusir keinginan hawa nafsu.
  • Mengajak bersikap rendah hati (tawadhu’), tidak sombong, dan berlaku zhalim.
  • Mendorong sikap toleransi, me-ma’afkan teman dan menerima alasan orang lain.
    (Ais Z).

Jumat, 19 Agustus 2011

Kewajiban Muslim kepada Allah


  1. Mengerjakan rukun Islam yang lima
  2. Menerima ketentuan Allah dengan ridho, baik ketentuan yang brsifat kauni/qodho dan qodhar (2:156) atau ketentuan hokum-hukum/undang-undang (4:65)
  3. Ikhlas (98:5/39:2-3)
  4. Sabar (3:200)
  5. Selalu merasakan kehadiran Allah dalam kehidupannya (2:235/33:52/50:18)
  6. Mencintai Allah dan rosulNya (9:24)
  7. Wara’
  8. Mengharapkan rakhmatNya (2:218)
  9. Tawakkal (14:12)
  10. Meyakini pertolongan Allah (26:62)
  11. Selalu menyertakan niat jihad dalam setiap aktivitas (sabda rosul)
  12. Selalu memperbarui taubat dan istighfar (3:185)
  13. Mempersiapkan diri untuk hari akhirat dan selalu mengingat mati (3:185)
  14. Selalu mengintrospeksi diri (Ais Z).